Pemula
Untuk kamu yang baru mau mulai masuk dan belajar dasar - dasar cryptocurrency dan blockchain.Temukan ragam materi mulai dari Apa itu Cryptocurrency, apa itu Bitcoin, hingga Apa itu NFT.
Berita Bitcoin · 7 min read
Konflik antara AS dan Iran menjadi contoh penting tentang pembuktian Bitcoin sebagai aset aman atau safe-haven asset di saat terjadi gejolak global.
Hubungan AS dan Iran tengah memanas setelah Amerika mengakui menjadi dalang serangan udara di bandara Irak pada 2 Januari dan menyebabkan Qasem Soleimani, kepala Pasukan Quds elit Iran terbunuh.
Setelah serangan itu, Presiden Donald Trump mengancam memukul 52 situs Iran dengan “sangat keras” jika Iran berani membalas. Tapi ultimatum tersebut tidak diindahkan dan Iran melakukan serangan rudal terhadap dua pangkalan AS di Irak pada 8 Januari.
Tensi yang semakin menegang ini juga berdampak pada Bitcoin, yang mengalami harga positif karena konflik ini. Menurut analis on-chain Willy Woo, Bitcoin menunjukkan kekuatannya sebagai “surga aman masa perang” karena naik lebih dari 20 persen.
Sejalan dengan itu, Messari menerbitkan infografis yang menggambarkan bagaimana permintaan untuk cryptocurrency andalan melonjak setelah pembunuhan Soleimani.
“ Saya pikir Bitcoin baru saja mendapatkan pengujian beta pertama yang berhasil menjadi tempat berlindung yang aman di masa perang, ini adalah ujian dan bukti yang cukup besar untuk Bitcoin, “ ujar Woo dilansir dari Cryptobriefing.com
Lonjakan suku bunga membuat Bitcoin naik dari level terendah $6.960 pada 2 Januari menjadi $ 8.440 pada 8 Januari.
Baca juga : Harga Bitcoin Melesat Setelah- Iran Serang Balik AS
Kemudian saat AS berjanji untuk mundur dari konflik dengan Iran dan memperbarui hubungan diplomasi kedua negara, investor menjual BTC mereka, akibatnya harga Bitcoin jadi turun.
Per Kamis 9 Januari 2020 pukul 12.27 WIB, Bitcoin melemah hingga 4.54 persen, turun dari US$ 8.331 menjadi US$7.954.
Ini bukan pertama kalinya Bitcoin membuktikan dirinya sebagai aset dengan nilai yang terlindungi selama masa-masa gejolak geopolitik dan finansial.
Pada 2013 ketika krisis keuangan melanda Siprus, cryptocurrency perintis memasuki bull rally. Selama itu, Bitcoin berhasil meroket 1.950 persen. Dana talangan internasional €10 juta untuk Siprus menandai puncak kenaikan.
Fenomena serupa juga terjadi pada perang dagang antara AS dan Cina yang meningkat pada Mei 2019. Ketika investor Tiongkok dipaksa untuk keluar dari yuan untuk mengantisipasi kemungkinan devaluasi, Bitcoin menembus di atas level resistensi $6.500 dan melonjak hampir $14.000.
Kesimpulannya, saat terjadi konflik BTC semakin diminati, harganya pun jadi naik dan menguntungkan bagi para investor karena saat terjadi gejolak global uang bukanlah pilihan aset nilai yang aman karena lebih berisiko.
Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.
Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.
Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.
Topik
Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.