
Pemula
Untuk kamu yang baru mau mulai masuk dan belajar dasar - dasar cryptocurrency dan blockchain.Temukan ragam materi mulai dari Apa itu Cryptocurrency, apa itu Bitcoin, hingga Apa itu NFT.
Berita Bitcoin · 8 min read
Bitcoin (BTC), aset kripto terbesar di dunia, mengalami penurunan signifikan dengan harga sempat merosot ke level US$82.000 sebelum mengalami rebound. Penurunan ini menyusul gejolak ekonomi yang dipicu oleh kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Berdasarkan data dari CoinMarketCap pada Kamis (27/02/2025), harga Bitcoin mengalami penurunan tajam dari US$88.000 hingga mencapai titik terendahnya pagi ini di US$82.000, menjadi level terendah sejak November 2024. Hingga berita ini ditulis, Bitcoin berhasil rebound ke level US$84.400.
Selain penurunan harga, volume perdagangan harian Bitcoin juga mengalami penyusutan hingga 22% ke angka US$65,4 miliar, yang menyebabkan kapitalisasi pasarnya turun drastis menjadi US$1,67 triliun. Tren penurunan ini telah terjadi sejak 25 Februari 2025, di mana Bitcoin jatuh dari US$92.000 hingga mencapai level US$89.000.
Tidak hanya Bitcoin, aset kripto utama lainnya juga mengalami penurunan signifikan. Ethereum (ETH), mencatat penurunan lebih dari 7%, turun dari US$2.500 menjadi US$2.300. Sementara itu, XRP dan Solana (SOL) juga mengalami koreksi serupa di kisaran 6%-7%.
Di tengah tren bearish ini, hanya segelintir altcoin yang berhasil mencatatkan kenaikan, di antaranya Litecoin (LTC) yang naik 9%, Aptos (APT) dengan kenaikan 4%, serta Celestia (TIA) yang melonjak 5%.
Baca juga: Bitcoin Anjlok ke US$91.000 Usai Trump Bersikeras Terapkan Tarif Impor
Kondisi pasar kripto saat ini berada dalam tekanan yang sangat besar. Fear and Greed Index, indikator yang mengukur sentimen investor terhadap aset kripto dalam skala 0 hingga 100, terus merosot dari level 21 pada 26 Februari 2025 menjadi hanya 10 saat ini.
Berdasarkan data dari Alternative.me, level ini merupakan yang terendah sejak Juni 2022, ketika pasar kripto mengalami bear market besar pasca kehancuran ekosistem Terraform Labs.
Penjualan besar-besaran di pasar kripto terjadi bersamaan dengan berita bahwa Presiden AS Donald Trump berencana memberlakukan tarif impor terhadap Kanada dan Meksiko. Hal ini mendorong investor untuk mencari perlindungan pada aset safe haven seperti obligasi jangka panjang AS.
Selain itu, kebijakan terbaru Trump yang berencana menerapkan tarif impor sebesar 25% terhadap Uni Eropa menjadi pemicu utama kepanikan pasar. Adapun, pemerintahan Trump juga dikabarkan telah mengeluarkan memo kepada lembaga federal yang menginstruksikan langkah-langkah untuk melakukan PHK massal, yang memperburuk kondisi ekonomi.
Baca juga: Indeks Kripto Sentuh Level Extreme Fear Usai Bitcoin Turun ke US$86.000
Di tengah penurunan ini, para analis masih memperkirakan bahwa Bitcoin berpotensi terus melemah sebelum pasar kembali stabil.
Dalam postingan di X, analis pasar independen Scott Melker membagikan analisisnya dengan menyebutkan bahwa meskipun terdapat bullish divergence dengan Relative Strength Index (RSI) yang oversold, pasar masih membutuhkan konfirmasi kenaikan yang lebih jelas sebelum tren berubah.
Perkiraan harga dari beberapa trader kini menunjukkan kemungkinan Bitcoin akan mencapai titik terendah di kisaran US$71.000 hingga US$73.000 sebelum menemukan titik balik.
Sementara itu, agar Bitcoin dapat kembali ke level US$95.000, pasar masih menunggu sentimen positif dari ekonomi global. Mengutip Cointelegraph, salah satu faktor kunci yang diawasi oleh para trader adalah laporan keuangan kuartalan dari Nvidia yang akan dirilis setelah pasar saham AS tutup pada 26 Februari 2025. Banyak pelaku pasar yang khawatir bahwa Nvidia akan menghadapi tekanan akibat kebijakan tarif global dan pembatasan ekspor prosesor AS ke Tiongkok.
Menjelang kadaluarsa Bitcoin opsi senilai US$6,9 miliar pada 28 Februari, pasar masih cenderung pesimistis. Data menunjukkan bahwa posisi call atau beli yang terbuka bernilai US$3,7 miliar, tetapi hanya kurang dari US$60 juta yang berada di harga US$88.000 atau lebih rendah.
Situasi ini memberikan tekanan bagi para bull, karena para bear memiliki insentif kuat untuk menjaga harga Bitcoin di bawah US$88.000 sebelum kadaluarsa. Dengan minat beli yang masih lemah dan risiko ekonomi yang terus meningkat, kemungkinan besar Bitcoin akan tetap tertekan dalam beberapa waktu ke depan.
Baca juga: ETF Bitcoin AS Cetak Outflow Tertinggi, Sentuh Rp16 Triliun Sehari
Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.
Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.
Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.
Topik
Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.