Bitcoin Merosot ke US$104.000, Indeks Kripto Jatuh ke Ketakutan Ekstrem

Pasar aset kripto kembali terpuruk pada awal pekan ini, dengan Bitcoin (BTC) memimpin penurunan tajam hingga menyentuh level terendah dalam sebulan terakhir di kisaran US$104.000.

Menurut data CoinMarketCap pada Selasa (4/11/2025) siang, harga Bitcoin anjlok lebih dari 3% dari US$108.000 menjadi titik terendah harian di US$104.178 sebelum sedikit rebound ke US$104.700 saat artikel ini ditulis. Koreksi ini membuat kapitalisasi pasar kripto global turun ke US$2,08 triliun dari sebelumnya US$3,48 triliun.

Tidak hanya Bitcoin, aset kripto utama lainnya juga ikut merosot. Ethereum (ETH) turun 5% ke US$3.500, XRP dan BNB masing-masing terkoreksi 5% dan 7%, sementara Solana (SOL) terjun paling dalam hingga 9% dalam 24 jam terakhir.

Baca juga: Altcoin Ambruk, Likuidasi Kripto Tembus Rp21 Triliun

Sentimen Pasar Anjlok ke Level Ketakutan Ekstrem

Tekanan jual yang meluas mendorong indeks Fear and Greed kripto, indikator psikologis yang mengukur tingkat kepercayaan investor, jatuh ke skor 21 dari 100, menandakan kondisi extreme fear atau ketakutan ekstrem. Angka ini turun tajam dari posisi sehari sebelumnya di 42, dan jauh lebih rendah dibandingkan sebulan lalu saat sentimen pasar masih berada di zona “rakus” dengan skor 74.

Tingkat ketakutan saat ini menjadi yang terendah dalam hampir tujuh bulan terakhir. Terakhir kali indeks menyentuh level serupa terjadi pada 9 April 2025, ketika pasar saham dan kripto global merosot akibat kebijakan tarif besar-besaran yang diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Baca juga: Rp18 Triliun Kripto Terlikuidasi Meski The Fed Pangkas Suku Bunga, Ini Alasannya

Investor Mulai Menahan Diri

Sejumlah analis menilai penurunan tajam ini dipicu oleh melemahnya permintaan institusional dan menurunnya aktivitas on-chain Bitcoin. Sentimen pasar juga tertekan oleh sikap Federal Reserve yang lebih berhati-hati hawkish.

Meskipun The Fed telah memangkas suku bunga untuk kedua kalinya pada tahun ini, bank sentral AS tersebut memberikan sinyal bahwa tidak akan ada pemotongan tambahan hingga akhir 2025. Keputusan ini mengecewakan investor yang sebelumnya berharap suku bunga lebih longgar untuk mendorong aset berisiko seperti kripto.

Tekanan tambahan datang dari data Farside yang menunjukkan aliran keluar besar dari produk ETF Bitcoin spot di Amerika Serikat. Sepanjang minggu lalu, total dana keluar mencapai US$1,15 miliar atau sekitar Rp19,3 triliun, dengan penarikan terbesar berasal dari BlackRock, ARK Invest, dan Fidelity.

Rasa takut di pasar semakin membesar setelah kabar peretasan besar melanda protokol DeFi Balancer pada 3 November 2025. Menurut laporan on-chain, insiden ini menyebabkan sekitar US$128 juta atau Rp2,1 triliun aset digital raib, mencakup Ethereum (ETH) dan sejumlah altcoin lain di beberapa jaringan blockchain.

Perpaduan antara tekanan makroekonomi, keluarnya dana institusional, dan meningkatnya risiko keamanan di sektor DeFi membuat pasar kripto berada dalam posisi rentan.

Sejumlah analis memperkirakan volatilitas tinggi masih akan berlanjut dalam beberapa hari mendatang hingga muncul katalis positif baru yang mampu memulihkan kepercayaan investor.

Baca juga: Protokol DeFi Balancer Kena Hack, Total Kerugian Sentuh Rp2,1 Triliun