Pemula
Untuk kamu yang baru mau mulai masuk dan belajar dasar - dasar cryptocurrency dan blockchain.Temukan ragam materi mulai dari Apa itu Cryptocurrency, apa itu Bitcoin, hingga Apa itu NFT.
Blockchain · 8 min read
Para penggemar teknologi apalagi mata uang crypto, pasti sudah tidak asing dengan konsep jaringan blockchain. Seperti mata uang crypto lainnya, Ether (ETH) juga merupakan mata uang crypto dengan basis jaringan teknologi blockchain yang disebut Ethereum. Namun, apa sebenarnya perbedaan dari Ether dan Ethereum itu?
Ethereum merupakan jaringan blockchain yang diciptakan oleh Vitalik Buterin. Ethereum adalah blockchain terdesentralisasi untuk memverifikasi dan mencatat transaksi.
Blockchainnya bersifat open source, artinya pengguna dapat membuat, menerbitkan, memonetisasi, dan menggunakan aplikasi di platform, dan menggunakan cryptocurrency Ether sebagai pembayaran.
Dengan sistem yang open source ini blockchain Ethereum dianggap lebih kompleks dan fleksibel daripada Bitcoin. Adanya Etherum sangat membantu lahirnya proyek-proyek crypto baru yang menggunakan blockchain ini sebagai pondasi utama.
Ethereum memiliki cryptocurrency sendiri, yang disebut Ether (ETH) atau Ethereum, dan bahasa pemrogramannya sendiri, yang disebut Solidity. Sebagai mata uang kripto, Ethereum berada di urutan kedua dalam nilai pasar setelah Bitcoin, pada Mei 2021.
Ethereum diciptakan oleh Vitalik Buterin, programmer jenius dan salah satu pendiri Bitcoin Magazine, pada akhir 2013 dengan tujuan membangun aplikasi terdesentralisasi.
Buterin berpendapat kepada pengembang inti bitcoin bahwa Bitcoin dan teknologi blockchain dapat memperoleh manfaat dari aplikasi lain selain uang dan membutuhkan bahasa yang lebih kuat untuk pengembangan aplikasi yang dapat mengarah pada pengikatan aset dunia nyata, seperti saham dan properti ke blockchain.
Pada tahun 2013, Buterin secara singkat bekerja dengan CEO eToro Yoni Assia pada proyek Colored Coins dan menyusun white paper ya yang menguraikan kasus penggunaan tambahan untuk teknologi blockchain.
Namun, setelah gagal mendapatkan kesepakatan tentang bagaimana proyek harus dilanjutkan, ia mengusulkan pengembangan platform baru dengan bahasa skrip yang lebih kuat dengan bahasa pemrograman lengkap Turing yang pada akhirnya akan menjadi Ethereum.
Ethereum diumumkan pada Konferensi Bitcoin Amerika Utara di Miami, pada Januari. Selain Vitalik perkembangan Etherum pun tidak lepas dari Charles Hoskinson, Mihai Alisie & Amir Chetrit , Joseph Lubin, Gavin Wood dan Jeffrey Wilcke.
Sebenarnya jaringan blockchain Ethereum ini punya konsep dasar yang sama dengan yang dimiliki Bitcoin. Perbedaannya hanya terletak pada Nodes atau simpul-simpul di jaringan Ethereum.
Simpul-simpul ini menyimpan tidak hanya transaksi terkait dengan ETH, tetapi juga menyimpan status terbaru dari smart contract. Nantinya setiap contract yang ada di jaringan tetap akan dilacak informasi paling baru dari semua aplikasi yang ada, misalnya saja saldo dari setiap pengguna, kode di dalamnya, tempat penyimpanan, dan lainnya.
Seperti dana rekening bank, Ethereum memiliki akun untuk membuat sebuah transaksi. ETH disimpan pada dompet tertentu, dan dapat diangkut pada akun lain. Dana tersebut akan ada di tempat tertentu, tetapi tidak memiliki hubungan berkelanjutan.
Dalam jaringan ini, setiap transaksi dijalankan, seluruh (hingga berjumlah ribuan komputer) memproses transaksi itu. Contract ditulis dalam sebuah smart contract spesifik berbasis bahasa pemrograman yang dijalankan dengan ‘bytecode’.
Bahasa pemrograman tersebut nantinya akan dibaca dan dieksekusi oleh EVM atau Ethereum Virtual Machine. Selanjutnya, simpul-simpul yang ada akan mengeksekusi contract yang ada menggunakan EVM mereka.
Hal ini membuat jaringan Ethereum tidak bisa (untuk saat ini paling sulit) dimanipulasi. Mengingat semua transaksi akan diingat dan salinannya akan disimpan dalam simpul jaringan.
Lebih lagi, setiap simpul harus menyetujui aksi-aksi yang dijalankan di dalam jaringan. Tujuan utamanya adalah setiap aksi yang ada dapat dipertanggungjawabkan oleh entitas di dalam jaringan.
Konsep smart contract sebenarnya sudah ada sejak tahun 1993 silam. Konsep ini pertama kali diinisiasi oleh ilmuwan komputer dan kriptografi bernama Nick Szabo.
Dalam penjelasannya mengenai hal ini, ia mendeskripsikan cara kerjanya seperti mesin digital penjual otomatis. Pengguna dapat memasukan data atau nilai ke dalamnya, dan sebagai balasan mendapatkan item yang terbatas darinya.
Tidak seperti Bitcoin yang membatasi perubahan bahasa atau sistem di dalam jaringan Bitcoin, Ethereum justru membuka diri dan memberikan akses kepada para pengembang untuk membuat sendiri smart contract mereka atau yang disebut sebagai ‘Agen Otonom’ dengan tujuan mendukung serangkaian instruksi komputasi yang lebih luas.
ETH merupakan koin asli pada jaringan Ethereum. Koin ini digunakan untuk sebagai biaya gas ketika menggunakan jaringan. Saat ini, ETH merupakan koin terbesar kedua di industri mata uang crypto berdasarkan kapitalisasi pasar.
ETH bisa didapatkan dengan berbagai cara. Salah satu cara termudah adalah dengan membelinya di bursa pertukaran mata uang crypto.
Di Indonesia sendiri, ETH masuk ke dalam komoditas, artinya koin ini secara legal dapat diperjual/belikan. Tidak hanya itu, ETH juga bisa didapatkan dengan cara ditambang. Setahunnya ada 18 juta ETH yang bisa didapat dalam jaringan. Saat ini kapitalisasi pasar ETH menempati peringkat dua di bawah Bitcoin.
Sementara Bitcoin adalah mata uang kripto paling utama, komunitas Ethereum memiliki ambisi untuk memperluas proyek. Yang pertama dimaksudkan untuk menjadi uang digital, dan itu melayani tujuan itu dengan cukup baik.
Tetapi Bitcoin memiliki keterbatasan. Ini adalah jaringan PoW yang berjuang untuk meningkatkan skala, membuat beberapa orang percaya bahwa ini lebih merupakan penyimpan nilai, mirip dengan emas.
Ethereum, di sisi lain, bermaksud untuk mengambil alih infrastruktur internet saat ini. Ia berencana untuk mengotomatisasi banyak proses yang masih memerlukan perantara seperti menggunakan toko aplikasi atau bekerja dengan pengelola dana.
ETH lebih banyak digunakan sebagai cara untuk berinteraksi dengan jaringan daripada sebagai cara untuk mentransfer uang, meskipun ETH juga dapat melakukannya.
Pengembang dapat membangun Ethereum untuk membuat token unik yang kompatibel dengan Eter untuk setiap DApp, yang disebut token ERC-20. Meskipun prosesnya tidak sempurna, ini berarti semua token berbasis Ethereum secara teknis dapat dioperasikan. Jaringan Bitcoin hanya untuk Bitcoin.
Kontrol atas 51% attack, Seseorang dengan niat buruk perlu mengontrol 51% jaringan untuk membuat perubahan, yang hampir tidak mungkin dalam banyak kasus. Ini jauh lebih aman daripada server sederhana yang bisa dibobol.
Lalu ada smart contract, yang mengotomatiskan banyak langkah yang diambil oleh otoritas pusat di web tradisional. Seorang pekerja lepas di, misalnya, Upwork harus menggunakan platform untuk menemukan klien dan mengatur kontrak pembayaran.
Model bisnis Upwork mengambil persentase dari setiap kontrak untuk membayar karyawannya, biaya server, dll. Di Web 3.0, klien cukup menulis kontrak cerdas yang menyatakan, “Jika pekerjaan diserahkan pada waktu X, dana akan dikeluarkan .” Aturan dikodekan ke dalam kontrak dan tidak dapat diubah oleh salah satu pihak setelah ditulis.
Jaringan Ethereum Blockchain memiliki konsep yang sama dengan jaringan blockchain Bitcoin, yang membuatnya berbeda, ia memiliki smart contract yang dapat dikembangkan oleh para pengembang lain.
Ethereum juga memiliki koin asli jaringan bernama Ether (ETH) yang bisa dimiliki dengan membeli atau juga menambang.
Jaringan ini juga memberikan tanggung jawab pada seluruh entitasnya dalam menjalankan dan menilai sebuah transaksi. Tujuannya dari Ethereum sendiri adalah memutuskan layanan pihak ketiga atau peretas dalam memperoleh akses yang tidak diinginkan pada data-data yang dimiliki seorang pengguna.
Itu dia penjelasan mengenai Ethereum, saat ini Ethereum terus melakukan pengembangan. Salah satunya dengan menghadirkan Ethereum 2.0 untuk mengatasi masalah-masalah yang ada sebelumnya seperti skalabilitas hingga biaya gas.
Selengkapnya soal Ethereum 2.0 dapat ditemukan di sini.
Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.
Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.
Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.
Topik
Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.