
Pemula
Untuk kamu yang baru mau mulai masuk dan belajar dasar - dasar cryptocurrency dan blockchain.Temukan ragam materi mulai dari Apa itu Cryptocurrency, apa itu Bitcoin, hingga Apa itu NFT.
Berita Exchange · 6 min read
Perdebatan antara pendiri sekaligus mantan CEO Binance, Changpeng Zhao (CZ), dan salah satu pendiri Hyperliquid, Jeff Yan, kembali mencuat menyusul kejatuhan besar di pasar kripto pada akhir pekan lalu. Jeff Yan menuding sejumlah exchange terpusat (CEX) seperti Binance sengaja melaporkan jumlah likuidasi pengguna jauh lebih kecil dibandingkan kenyataan di lapangan.
Dalam postingan di X pada Senin (13/10/2025), Yan menyebut bahwa data likuidasi di Hyperliquid yang sepenuhnya berbasis on-chain tidak dapat dibandingkan dengan data dari CEX yang menurutnya “tidak dilaporkan secara penuh”. Ia menjelaskan bahwa sistem on-chain memungkinkan siapa pun untuk memverifikasi transaksi, pesanan, dan proses likuidasi secara langsung, sehingga menjamin transparansi dan keadilan bagi seluruh pengguna.
“Beberapa CEX secara terbuka mengakui bahwa mereka secara signifikan meremehkan jumlah likuidasi pengguna,” tulis Yan, sembari menyoroti Binance sebagai salah satu contohnya.
Ia menambahkan, “Misalnya, meski ada ribuan perintah likuidasi dalam satu detik, hanya satu yang dilaporkan. Karena likuidasi sering terjadi dalam waktu bersamaan, jumlah yang dilaporkan bisa saja seratus kali lebih rendah dari kenyataan.”
Baca juga: Likuidasi Kripto Terbesar Sepanjang Sejarah, Rp320 Triliun Lenyap dalam Sehari
Menanggapi pernyataan tersebut, CZ menulis postingan di X yang tampaknya menyinggung tuduhan itu secara tidak langsung.
“Beberapa orang bertanya, kenapa BNB begitu kuat? Sementara sebagian pihak memilih untuk menyalahkan atau menyerang pesaing, para pelaku utama ekosistem @BNBChain seperti Binance dan Venus justru mengeluarkan ratusan juta dari kantong mereka sendiri untuk MELINDUNGI PENGGUNA,” tulisnya.
Ia menutup unggahan itu dengan kalimat “sistem nilai yang berbeda”, yang oleh sebagian pihak dianggap sebagai tanggapan tersirat terhadap komentar Jeff Yan.
Ketegangan ini muncul setelah pasar kripto mengalami kejatuhan tajam pada 10–11 Oktober, ketika harga Bitcoin turun dari US$122.000 menjadi level terendah di US$104.000. Total posisi leverage yang terlikuidasi saat itu mencapai lebih dari US$19,29 miliar atau sekitar Rp320 triliun. Data dari CoinGlass mencatat peristiwa ini sebagai salah satu gelombang likuidasi terbesar dalam sejarah kripto, yang memengaruhi lebih dari 1,6 juta trader.
Pada periode yang sama, Hyperliquid dilaporkan berhasil memproses volume perdagangan antara US$50–70 miliar tanpa mengalami gangguan sistem. Sebaliknya, Binance sempat mengalami kendala teknis yang menyebabkan sebagian pengguna tidak dapat menutup posisi selama hampir satu jam. Kondisi tersebut memicu gelombang keluhan di media sosial, di mana banyak trader mengaku kerugiannya meningkat akibat keterlambatan sistem tersebut.
Baca juga: Ketegangan AS–Tiongkok Mereda, Bitcoin Pulih ke US$115.000
Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.
Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.
Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.
Topik
Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.