Berita Bitcoin · 8 min read

Bitcoin Rontok ke US$85.000, Ini Penyebabnya!

bitcoin
Coinvestasi Ads Promo - Advertise

Bitcoin (BTC), aset kripto terbesar di dunia, kembali tertekan pada awal Desember dengan harganya yang merosot menembus area US$85.000 di tengah tekanan makro. Pelemahan ini memicu gelombang likuidasi besar-besaran dan menghapus pemulihan harga yang sempat terjadi pada pekan sebelumnya.

Menurut data CoinMarketCap pada Senin (1/12/2025) pagi, Bitcoin tercatat turun lebih dari 5% dari level US$91.000 menuju harga terendah harian di US$85.700. Kondisi ini turut menekan kapitalisasi pasar BTC dari US$1,8 triliun ke US$1,7 triliun.

Grafik harian BTC/USD. Sumber: CoinMarketCap

Koreksi tajam Bitcoin juga menyeret pasar kripto secara luas. Ethereum (ETH) turun 5% ke US$2.800, XRP (XRP) melemah 6% ke US$2, sementara Solana (SOL) turun 6% menjadi US$126.

Dalam empat jam terakhir, kapitalisasi pasar kripto global ikut terkoreksi 4% atau setara lebih dari US$144 miliar.

Baca juga: Bitcoin Ambruk ke US$86.000, Tiga Faktor Ini Jadi Pemicu

Sentimen Makro dan Harapan Pemangkasan Suku Bunga

Ekspektasi pemangkasan suku bunga The Federal Reserve pada Desember sebenarnya sempat mendorong optimisme pasar. CME FedWatch Tool menunjukkan probabilitas sebesar 87% bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin bulan ini.

Namun, sejumlah analis menilai peluang tersebut sudah priced in sejak reli September–Oktober, sehingga tidak cukup kuat membalikkan tekanan jual saat ini.

“Ini lebih banyak soal positioning daripada fundamental. Peluang pemangkasan Desember memang naik ke kisaran 85%, tetapi pasar sudah menilai hal itu berbulan-bulan lalu,” ujar Rachael Lucas, Crypto Analyst di BTC Markets, dikutip dari The Block.

Lucas menjelaskan bahwa minat risiko masih tertahan oleh inflasi Amerika Serikat yang tetap tinggi serta kekhawatiran terkait kebijakan tarif.

Selain itu, arus keluar dari ETF Bitcoin yang mencapai US$3,5 miliar selama November dan likuidasi posisi long dalam jumlah besar sejak pertengahan bulan turut memicu apa yang ia sebut sebagai “spiral deleveraging klasik.”

“Bitcoin kini kembali bersikap layaknya aset berisiko tinggi. Pasar membutuhkan aliran likuiditas besar, bukan hanya sinyal dovish,” tambahnya.

Baca juga: 3 Faktor Potensial yang Bisa Dorong Bitcoin Kembali Uji Area US$112.000

Aksi Peretasan Kripto Memperparah Tekanan Jual

Tekanan jual makin meningkat setelah Yearn Finance mengalami peretasan pada Minggu (30/11/2025). Peretas menguras pool yETH dan mengirimkan 1.000 ETH ke Tornado Cash.

Insiden ini menambah kekhawatiran pasar setelah sebelumnya exchange asal Korea Selatan, Upbit, juga mengalami serangan peretasan dalam pekan yang sama.

“Sebagai agregator DeFi besar yang mengelola dana di Aave, Compound, dan Curve, insiden pada Yearn dapat memicu unstaking dan penarikan dana, sehingga memperburuk aksi jual,” kata COO BTSE, Jeff Mei.

Baca juga: CEX Upbit Jadi Korban Hack, Rp615 Miliar Raib

Gelombang Likudiasi Besar-besaran

Selain peretasan, pasar juga dihantam oleh lonjakan likuidasi. Berdasarkan data CoinGlass, lebih dari 216.000 trader dilikuidasi dalam 24 jam terakhir, dengan nilai total mencapai US$645 juta atau sekitar Rp10,7 triliun. Hampir 90% berasal dari posisi long, terutama pada BTC dan ETH.

Total likuidasi kripto harian. Sumber: CoinGlass

Ini menjadi salah satu “Sunday Slam” terbesar di tahun 2025, memperpanjang tren negatif Bitcoin di bulan November yang menjadi performa terburuk sejak 2018, turun 17,49% sepanjang bulan tersebut.

Return bulanan Bitcoin. Sumber: CoinGlass

Baca juga: Rp20 Triliun Kripto Terlikuidasi Usai Bitcoin Anjlok ke Level Terendah Bulanan

Coinvestasi Ads Promo - Advertise

Disclaimer

Konten baik berupa data dan/atau informasi yang tersedia pada Coinvestasi hanya bertujuan untuk memberikan informasi dan referensi, BUKAN saran atau nasihat untuk berinvestasi dan trading. Apa yang disebutkan dalam artikel ini bukan merupakan segala jenis dari hasutan, rekomendasi, penawaran, atau dukungan untuk membeli dan menjual aset kripto apapun.

Perdagangan di semua pasar keuangan termasuk cryptocurrency pasti melibatkan risiko dan bisa mengakibatkan kerugian atau kehilangan dana. Sebelum berinvestasi, lakukan riset secara menyeluruh. seluruh keputusan investasi/trading ada di tangan investor setelah mengetahui segala keuntungan dan risikonya.

Gunakan platform atau aplikasi yang sudah resmi terdaftar dan beroperasi secara legal di Indonesia. Platform jual-beli cryptocurrency yang terdaftar dan diawasi BAPPEBTI dapat dilihat di sini.

author
Dilla Fauziyah

Editor

arrow

Terpopuler

Loading...
Coinvestasi Ads Promo - Advertise
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...

#SemuaBisaCrypto

Belajar aset crypto dan teknologi blockchain dengan mudah tanpa ribet.

Coinvestasi Update Dapatkan berita terbaru tentang crypto, blockchain, dan web3 langsung di inbox kamu.